KONSELI
|
KONSELOR
|
TEKNIK
|
(Mengetuk
pintu)…selamat pagi bu,
|
Selamat pagi, Oh iya.. silahkan duduk. (tersenyum lalu menunjukkan dan mempersilahkan konseli ke tempat duduk
sambil bersalaman dengan konseli)
|
Salam/
pembukaan
|
Iya
bu terima kasih
|
Iya
sama-sama, kalau boleh ibu tahu nama kamu siapa?
|
Pertanyaan
terbuka
|
|
|
|
Nama
saya hilda bu….
|
Oh
iya, nama ibu ester ipang, Hilda bisa panggil ibu ester. Oh iya hilda,
bagaimana kabarnya hari ini
|
|
Puji
TUHAN kabar baik bu…
|
Syukurlah kalau
begitu, hilda datang kemari apa ada yang mau dibicarakan sama ibu?
|
Pertanyaan
terbuka
|
Iya
bu, jadi begini. Saya merasa ada
sesuatu yang kurang dalam kehidupan saya ketika ibu saya pergi meninggalkan
kami…
|
Mhmm,
sebelumnya apakah hilda sudah pernah mengikuti konseling?
|
|
Sudah
pernah bu, pas masih kelas I SMA
|
Kalau
begitu berarti hilda sudah paham apa itu konseling ya!
|
|
Iya
bu, paham sedikit bu…
|
Baiklah
kalau begitu, ibu akan kembali mengingatkan sedikit apa itu konseling dan apa
tujuan dilakukannya konseling. Jadi, konseling adalah proses pemberian
bantuan yang diberikan oleh konselor atau ahlinya untuk membantu kliennya.
Tujuannya yaitu agar masalah yang klien hadapi atau yang hilda hadapi, kita
bisa menemukan pemecahan masalahnya dengan baik. Jadi dalam proses konseling ini, agar dapat berjalan dengan baik ibu minta
agar hilda terbuka dalam menceritakan masalah yang sebenarnya dialami saat
ini…apakah hilda bisa paham?
|
Pemberian
informasi
|
Iya
bu, tapi saya takut nanti banyak orang
yang tahu tentang masalah saya ini
|
Iya
ibu bisa mengerti, bahwa kamu tidak ingin masalah kamu diketahui oleh orang
lain. Sangat penting Hilda ketahui bahwa dalam proses konseling ada yang
namanya asas kerahasiaan. Asas inilah yang akan kita gunakan dalam proses
konseling ini. Jadi hilda tidak perlu takut menceritakan masalah yang hilda
alami karena ibu jamin tidak akan memberitahukannya kepada orang lain. Sudah
tugas kami sebagai seorang konselor untuk
menjaga rahasia klien kami. Hilda percayakan saja sama ibu…
|
Keterbukaan
|
Iya
bu…., baiklah
|
Tadi
di awal perbincangan hilda mengatakan bahwa hilda merasa ada yang kurang
setelah ibu hilda meninggal dunia. Apakah Hilda bisa jelaskan secara lebih
rinci lagi?
|
Konfrontasi
isi
|
Iya
bu, jadi begini enam bulan yang lalu ibu saya meninggal dunia. Ibu saya meninggal saat mau menjemput saya ke sekolah bu. Waktu itu ibu saya
mengendarai motor dan ditabrak oleh truk besar. Saya tidak nyangka ibu saya
pergi begitu cepat bu. Saya merasa bahwa saya tak akan pernah menerima
kenyataan ini. Saya sangat menyesal kenapa pada saat ibu
mau menjemput saya, ternyata saat itulah kehidupannya berakhir… ( matanya sambil berkaca-kaca)
|
Iya
ibu, mengerti apa yang hilda rasakan saat ini…
|
Empati
|
Padahal saya sangat sayang kepada ibu saya bu…saya merasa bersalah banget.
Harusnya saya bisa pulang sendiri tanpa di jemput oleh ibu….
|
Mhm
iya…iya ..ya (mengangguk-angguk). Berarti dengan kata
lain Hilda merasa ini semua adalah kesalahan Hilda karena sudah
minta dijemput oleh sang ibu?
|
Acceptance
Clarification
|
Iya bu,saya merasa ini semua adalah kesalahan saya. Kadang juga Saya berpikir bahwa mungkin seharusnya saya mati untuk menebus kesalahan ini bu.
|
Coba kembali dipikir secara matang. apakah berpikir seperti itu sudah sesuai, sudah
bisa menyelesaikan masalah yang kamu hadapi ini..
|
Rejection
|
Entahlah
bu…
|
Bagaimana dengan ayah dan keluarga hilda yang lain?
|
Lead
|
Ayah dan keluarga saya
selalu menguatkan saya bu, walaupun sampai sekarang saya pun belum bisa
memaafkan diri saya sendiri.
Semua keluarga saya berusaha tegar dan menerima hal ini sebagai ujian. Mereka tidak membenci
saya bu, saya bersyukur memiliki keluarga yang sabar seperti mereka.
|
: Nah, mari kita
pikirkan bersama-sama Keluarga selalu menguatkan hilda. Tetapi Hilda ingin menebus kesalahan dengan ikut mati. Menurut Hilda itu cara yang paling tepat?
|
|
Gimana ya bu, saya
selalu dikejar-kejar perasaan bersalah
|
: Jadi menurut Hilda, karena kematian ibu Hilda selalu merasa bersalah
dan berpikir ingin ikut mati saja tanpa menghiraukan ayah dan keluargamu
yang lain yang menyayangimu. Hal itu merupakan keputusan yang tepat. Begitu?
|
Paraprashing
|
Iya bu,saya rasa itu
cara terbaik dalam menyelesaikan masalah ini. Untuk apa saya hidup kalau ibu saya tidak ada. Hidup terasa hampa bu.
|
Baiklah Hilda coba tenangkan pikiran kamu terlebih dahulu. Dengan ikut mati apakah
masalah itu dirasa sudah selesai? Apa dengan kematian Hilda, orang tua juga tenang, begitu? Bukannnya dengan ikut mati dengan bunuh
diri, berarti Hilda menambah permasalahan karena ayah dan keluarga harus kehilangan anak secantik Hilda?
|
Konfrontasi
|
Iya sih bu sepertinya saya malah menambah masalah dengan bunuh diri,tetapi saya
tidak tahu dengan cara apa lagi agar bisa menyelesaikan masalah ini
|
Nah, berarti Hilda sekarang merasa bahwa ikut mati bukanlah solusi dari permasalahan ini
bukan?
|
|
Ya,bu saya mengerti
itu. Tapi saya masih belum bisa memaafkan diri saya atas meninggalnya ibu saya, saya masih merasa bersalah karena itu bu. Merasa akar masalah yang
terjadi adalah karena saya.
|
: Hawinda, kalau ayah kamu saja bisa tegar dan menerima kenyataan bahwa istrinya yang dia
saayangi sudah meninggal, mengapa dirimu tidak
bisa sekuat mereka? Padahal kalian sama- sama menyayangi dia.
|
|
Iya bu, mungkin saya yang berpikir terlalu
pendek
|
.iya hilda harus
berpikir panjang ketika mengambil sebuah keputusan jangan sampai keputusan
yang hilda ambil malah menambah beban atau kesedihan keluarga
|
|
Iya bu saya setelah saya
memikirkan hal ini, sepertinya saya memang salah, selain
itu di satu sisi yang lain saya merasa kasihan kepada bapak ayah dan keluarga
saya yang lain jika saya mati, pasti mereka sangat
terpukul dan malu karena anaknya bunuh diri.
|
Nah itu bagus sekali
pemikiran seperti itu Hilda, ibu bangga kamu
tidak hanya memikirkan dirimu sendiri, tetapi juga memikirkan orang tua . ibu tahu bagaimana perasaanmu, tetapi dunia mu tidak terhenti hanya
karena kematian ibumu. Kalau kamu berusaha tegar dan merelakan
ibu, pasti dia tenang di alamnya.
|
|
Iya sih bu, tapi
sungguh susah kalau di sekolah harus fokus ke pelajaran dan pikiran Hilda ke arah kematian ibu terus bu. Seakan pengen mati saja bu.
|
Hilda, terus berdoa ya dan
ikhlaskan kepergian sang ibu. Jangan berpikir
pendek seperti itu. Kalau kamu harus mati, kepada siapa ayah kamu akan bercandaayah dan keluargamu pasti akan sangat
sedih. Kamu tidak mau kan kalau ayah dan semua keluarga sedih?
Bapak kamu saja tidak menyalahkan kamu kok itu semua hanya perasaan mu saja yang
terlalu sedih.
|
Teknik Simulation-Imitation
|
Iya bu, saya sadar semua ini. saya akan berusaha
untuk menjadi lebih baik. Dan bahkan juga menghiilangkan niat saya…ternyata
apa yang saya anggap benar itu adalah suatu
kesalahan besar. Saya tidak mau orang ayah saya merasa kehilangan yang
kedua kalinya
|
iya hilda, semua orang tua pasti menginginkan anaknya bahagia. Sekarang coba
bayangkan kalau Hilda tidak mempunyai bapak dan keluarga yang
lainnya, kepada siapa Hilda akan mendapat perlindungan dan kasih sayang. Padahal di luar sana banyak
yang yatim piatu Bukankah Hilda termasuk orang yang beruntung yang masih
punya ayah yang sayang kepada Hawinda?
|
|
Benar juga ya bu. saya seharusnya bersyukur masih memiliki ayah dan keluarga yang sangat
menyayangi saya.
|
Ibu senang sekali dan tidak menyangka
bahwa Hilda bisa berfikir sebijaksana itu.
Tingkatkan ya. Melihat dari raut wajah Hilda, sepertinya sudah lega ya dan sudah bersemangat kembali
|
Reinforcement
Reflection of Feeling
|
Ahh iya bu, senang
rasanya.
|
Syukurlah kalau begitu, sudah ada perubahan…lain kali kalau
hilda merasa masih ada yang mengganjal, silakan datang saja menemui ibu
dirungan ini, ibu akan dengan senang hati membantu kamu hilda
|
|
Iya bu, terima kasih atas bantuannya, sangat
bermanfaat bagi saya bu. Kalau begitu
saya mau pamit dulu bu, karena saya harus kembali ke kelas tidak lama
mata pelajaran akan berganti bu
|
Iya hilda, sama-sama. Tetap semangat dalam belajar
ya…(bersalaman sambil tersenyum)
|
Penutup
|
Jumat, 03 Juni 2016
Home »
» Verbatim Teknik Konseling REBT (Rational Emotive Behavior Therapy)
0 komentar:
Posting Komentar